Selasa, 24 Juli 2012

Wedding Dress Part 2

Wedding Dress.


Author : Eunike Dewanggasani W.S

Tittle : Wedding Dress Part 2

Cast :

- Lee Dong Hae

- Im Yoon Ah

- Other Cast

Genre : Romantic and Comedi




CHAPTER 2

“Kalian saling mengenal ?” tanya Sooyoung.

“Dia itu tetanggaku saat masih SMP !” kata Seohyun dan Minho bebarengan. Minho langsung merangkul Seohyun.

“Kami sudah seperti kakak-adik lho. Kau pindah kemana, sih ? SMA’ mu diamana ?” kata Minho.

“Mianhae, Minho, aku SMA di Seoul.” Kata Seohyun.

“Ah, tidak apa. Aku juga setelah lulus SMA juga pindah ke Seoul. Di Incheon sekarang cuma ada nenek-kakekku saja,” kata Minho.

“Soo ! Sapu nih butiiknya ! Kemarin-kemarin yang nyapu Cuma aku, Yoona, sama Seohyun doang ! Gantian dong !” kata Taeyeon sambil melempar sapu ke arah Sooyoung. Dengan sigap, Sooyoung langsung menangkapnya, lalu pergi ke halaman depan butik sambil ngedumel gak jelas.

*Donghae POV*

“Heh, aku menemukanmu, Im Yoon Ah...” kataku bergumam senang sambil melihat ke luar jendela dari mobil BMW’ ku. Aku baru saja mengunjungi butik terkenal itu, kalau tidak salah namanya Purple Ran. Tentu saja aku tau alasan Yoona memilih nama itu, apalagi kalau bukan karena kakeknya. Kakeknya dulu sangat suka membawakanku dan Yoona bunga Ran ungu dari Jepang yang sagat langka. Sayang, kini bunga itu sudah punah.

“Pak, bawa aku ke studio. Aku ada pemotretan majalah hari ini,” kataku pada sopir mobilku.

“Baik, tuan.” Lalu mobilku dengan cepat melesat ke arah studio.



Esoknya.....



Aku bersiap-siap mengunjungi butik itu lagi. Untuk menagih janji padanya. Aku selalu mengingat dan menganggap serius perkataanku saat kelulusan SMA itu. Sudah beberapa tahun aku dan Yoona tidak bertemu, dan sekarang aku bertemu dengan dia lagi !! Betapa senangnya aku. Aku memakai kaos putih berlengan panjang, jelana kain hitam panjang, sepatu sneakers, topi baseball dan kacamata hitam. Tak lupa syal hitam rajutan yng hangat. Ah, syal ini.... membawaku pada ingatan akan dirinya.......

FLASHBACK

“Oppa ! Aku mulai belajar menabung, loh !” seru Yoona kecil yang masih berumur 5 tahun itu. Aku tersenyum mendengar perkataannya. Aku mengusap pelan kepalanya.

“Oh ya ? Daebak, Yoong ! Kalau uangnya sudah tterkumpul mau kau belikan apa ?” tanyaku lembut. Yoona hanya bisa mengerlingkan mata nakal.

“Lihat saja nanti, Oppa ! Kau akan terkejut !” kata Yoona.

“Emm, baiklah, Oppa akan menunggu untuk melihatnya,” kataku menatap Yoona teduh.

3 Months later....

“Oppa ! Coba kau lihat syal ini ! Bagus tidak ?” kata Yoona sambil membawa syal hitam rajutan yang panjang dan tebal. Kebetulan saat itu sedang musim dingin. Ia mengajak untuk menemuiku di halaman samping rumahku dan rumahnya.

“Wah, bagus, Yoong ! Mau kau berikan ke siapa ?”

“Ini untukmu, Oppa ! Anggap saja tanda sayangku untuk Oppa selama ini..... ini kubeli dengan uang tabunganku..” kata Yoona bangga sambil mengalungkan syal itu ke leherku. Aku tersenyum penuh haru ke arahnya. Lalu aku segera memeluknya.

“Gomawoyo, Yoong....” kataku membisikkan kata-kata itu tepat di telinganya. Yoona membalas pelukanku.

“Cheonma, Hae Oppa....” kata Yoona membalas peluanku.

FLASHBACK OFF

BACK TO REALITY

Hari ini aku tidak diantar dengan mobil. Aku memutuskan untuk naik bis sampai ke butiknya. Untung tidak ada yang mengenaliku. Mungkin syal ini sngat membantu menyembuntyikan iadentitasku ? Hweheheheeh....

@Depan butik Purple Ran.

“Hei, bisakah aku bertemu dengan pemilik butik ini ?” tanyaku pada seorang yeoja tinggi yang sedang menyapu halaman depan.

“Maaf, kau siapa ? Apa kau sudah membuat janji dengan Yoona-nim ??” tanya yeoja itu ketus.

“Aku temannya.” Kataku tak kalah ketus. Yeja itu tampak berpikir sejenak.

“Dia ada di dalam.” Katanya sambil kembali menyapu. Aku membungkukkan badanku singkat.

“Khamsahamnida,” lalu aku segera masuk ke dalam butik itu. Kulihat Yoona sedang berbincang-bincang bersama 2 yeoja dan.... tunggu ! Siapa namja yang berdiri di sampingnya ??

Sepertinya mereka tidak menyadari kedatanganku.

“Ehem,” aku berdehem agar mereka mengalihkan perhatiannya. Berhasil, mereka langsung menoleh ke arahku. Yoona tampak terbelalak melihatku.

“Donghae Oppa....” lirihnya. Aku melepas kacamataku.

“Aku ingin menagih janjimu.” Kataku. Yoona tersenyum simpul.

“Kenalkan, Lee Donghae, ini Choi Minho, namjachinguku.” Kata Yoona sambil bergelayut manja di lengan namja tadi.



*Minho POV*

“Donghae Oppa....” lirih Yoong Noona sambil memandang namja di depannya. Ooh, jadi ini si Donghae ? Penyanyi dan aktor film itu ?? Kenapa penampilannya berbeda sekali ?

“Aku ingin menagih janjimu.” Kata Donghae dingin. Dengan cepat, Yoong noona langsung memeluk lengan kananku.

“Kenalkan, Lee Donghae, ini Choi Minho, namjachinguku.” Kata Yoong noona memberi sinyal kepadaku. Ah ~ sudah waktunya bereaksi sebagai namjachingu ‘sementara’ untuk Yoong noona.

“Iya, aku namjachingunya. Salam kenal, err.... Donghae-ssi ?” kataku sambil mengulurkan tangan, berniat untuk menjabat. Donghae-ssi menyambut jabatan tanganku dengan dingin.

“Oh. Im Yoon Ah, aku ingin bicara denganmu sebentar. Bisakah ?” kata Donghae-ssi dingin. Yoong noona tampak ragu-ragu. Ia menatapku, Seohyun, dan Taeyeon noona bergantian. Aku dan yang lainnya mengangguk mengiyakan.

“Em, boleh.” Donghae-ssi dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Yoong noona, yang otomatis membuat kontak fisikku dan Yoong noona terputus. Aku hanya bisa memandang pasrah punggung mereka berdua yang mulai keluar dari butik, lalu dengan cepat berjalan entah kemana.

*Sooyoung POV*

Ah! Aku benci menyapu. Membuat pinggang dan punggung lelah saja. Untung saja ini masih pagi. Sinar matahari masih belum terlalu silau. Rencananya aku akan mengambil kuliah malam hari ini, dengan Seohyun dan Yoona. Ya, kami satu kampus, satu kelas, malah. Beberapa hari sebelumnya kami sudah janjian. Taeyeon sudah tidak kuliah, ia sedang mengerjakan tugas part timenya.

“Hei, bisakah aku bertemu dengan pemilik butik ini ?” kata seorang namja aneh yang berpakaian hitam-putih. Seperti bidak catur saja. Aku menatapnya sinis. Malas juga kan kalau berhadapan dengan orang aneh pagi-pagi.

“Maaf, kau siapa ? Apa kau sudah membuat janji dengan Yoona-nim ??” kataku sambil terus menyapu. Tanpa melihat ke arahnya sedikitpun.

“Aku temannya.” Jawab pria itu lebih ketus. Aku mendengus kesal. Pagi-pagi begini sudah ada yang berani menghancurkan moodku ??

“Dia ada di dalam.” Kataku sambil menyapu lagi. Kulirik dia, ia membungkuk singkat padaku.

“Khamsahamnida,” lalu pria aneh itu segera msuk ke dlam butik. Beberapa menit kemudian, aku melihatnya keluar lagi, tetapi sambil menggeret Yoona. Bedanya, pria aneh itu sudah melepas kacamatanya, sehingga ketauan deh siapa dia.

“Donghae-ssi ? Dia mau menculik Yoong ?” tebakku dalam hati. Dengan cepat aku segera mengangkat sapuku, bersiap-siap memukul Donghae dengan kekuatan karateku. Yoona yang mengetahui aksiku langsung memberikan tatapan ‘jangan-serang-dia-aku-baik-baik-saja’. Aku meletakkan sapu itu kembali ke posisinya. Aku memandang Donghae-ssi dan Yoona yang sudah menghilang diantara banyaknya orang-orang di jalanan pagi hari ni. Aku memutuskan untuk mengeluarkan iPod dan earphone, lalu mulai menyetel musik kesukaanku dan mulai menyapu kembali.

YOONA POV

“Lepaskan Hae !” kataku sambil berusaha melepaskan genggaman tangannya yang keras. Tetapi tenaga Donghae sudah bisa dipastikan lebih besar daripada aku. Ia terus menyeretku ke sebuah taman yang sepi. Mungkin karena hari ini hari kerja, sehingga taman itu sepi, tidak ada yang mengunjungi.

“Aku kan sudah menepati janjiku, jadi lepaskan !” kataku sambil melepaskan genggamannya. Kami berdua terdiam berdiri di tengah taman. Dingin, kikuk, itulah yang kami rasakan sekarang. Aku tidak tau harus berbicara apa.

“Pacar bohonganmu, eh ? Mana mungkin kau mendapatkan pacar secepat itu,” cibir Donghae sambil melihat jam tangan hitamnya. Aku membelalakkan mata kaget. Darimana ia bisa tau ?

“Ani ! Di... dia...”

“Dia pacarnya Yuri noona, kan ?” katanya. Aku tidak tau harus berbicara apa lagi, karena tebakannya benar. (Disini ceritanya Yuri lebih tua dari Donghae. Tapi Donghae lebih tua dari Yoona.)

“Aku melihatnya berkencan di Namsan Tower. Heh, kau mau membdohiku ternyata.” Katanya sambil memandangku. Pandngan yang merendahkan. Aku pun akhirnya angkat bicara.

“Oke, fine ! Aku ngaku kalo aku kalah. Sekarang, apa permintaanmu ?” kataku sebal. Ia mendekatkan lagi wajahnya ke wajahku, aku jadi teringat akan kenangan saat lulus SMA. Ia membisikkan sebuah kalimat di telingaku....

“Selama seminggu ini, kau harus tetap berada di sisiku. Ini permintaan karena telah membohongiku. Ini hukumnnya.” Katanya.

JEGLERRRR.... bagaikan petir yang menyambar tepat di telingaku. Kata-katanya barusan membuatku shock tingkat dewa.

“Jangan mengelak. Kau mau menghindari perjanjian kita ? Tentu tidak, kan ? Jangan jadi pecundang !” kata Donghae sambil tersenyum penuh kemenagnan.

“Lalu bagaimana dengan butik dan tugas kuliahku ?” kataku melawannya.

“Kau urus saja butikmu dari jauh. Soal kuliah itu gampang, bisa diselesaikan dengan ini,” kata Donghae sambil menggosok-gosokan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya, memberi isyarat yang mengatakan ‘uang’.

“Huh, licik,” kataku sambil membuang muka ke arah lain. Donghae hanya tertawa evil (?).

Aku dan Donghae berjalan-jalan di taman sebentar, melupakan hiruk pikuk kota Seol yang sangat padat dan ramai. Tak kusangka ternyata ada taman seindah dan setenang ini. Aku saja yang sudah lumayan lama tinggal di Seol tidak mengetahuinya. Ditambah lagi, taman ini sepi, sangat nyaman untuk dikunjungi.

“Aku harus segera kembali. Ada sketsa baju, pelanggan, dan dress-dress yang menungguku di butik. Siang ini aku juga ada pertemuan dengan desainer dari Itlia. Dan aku juga harus mengawasi website butikku,” kataku sambil melihat jam tangan Swissku.

“Cerewet sekali. Aku bahkan tidak memintamu untuk memberitahu jadwalmu hari ini,” kata Donghae. Aku tersenyum kecut menyadari kecerobohanku.

“Kau harus refreshing !” Donghae segera menarik tanganku, berlari mengajakku semakin mendekat ke arah kota, hingga akhirnya aku sampai ke sebuah tempat. Aku hanya bisa elongo memandangi tempat ini.

“Kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini ? Aku bukan nak kecil !” kataku sambil memandangi sinis toko boneka di depanku.

“Ha ! Sudahlah, ayo kita masuk,” kata Donghae sambil mengajakku masuk. Mau tak mau aku masuk. Ada banyak boneka disini, dari boneka hewan-hewan, manusia, buah-buahan, alien, sayur-sayuran, ah, ada banyak sekali boneka disini. Donghae memilih untuk melihat-lihat rak bagian boneka-boneka bagian alien. Aku memutuskan untuk melihat-lihat saja, berjalan ke segala rak tanpa arah. Sebuah boneka menarik perhatianku. Boneka teddy bear coklat muda, yeah, bisa dibilang warna bulunya keemasan. Aku mengambil boneka itu. Hm, tampaknya enak untuk dipeluk. Boneka ini memiliki manik mata yang indah dan berkilau, wajahnya imut, selain itu ia juga memakai rompi biru tua dan celana kain hitam, di tangan kanaan boneka itu tersemat sebuah gelang dari manik-manik, gelang hitam, pas banget buat cowok.

“Kau menyukainya ?” tanya Donghae yang tiba-tiba muncul di belakangku.

“Ne.... ah, ani ! Aku kan sudah besar,” kataku sambil meletakkan boneka itu kembali ke raknya. Aku segera keluar dari toko boneka itu, saat.....

“Yoona-ssi ?”

“Jessica-ssi ?” Aku membelalakan mataku. Tak percaya dengan siapa aku bertemu. Dia Jessica, ddesainer dari Italia yang memiliki janji untuk bertemu engan ku siang ini. Aku melirik jam tanganku. Sekarang jam 10 pagi. Berarti, 3 jam dari sekarang seharusnya aku dan Jessica sudah berunding membicarakan line fashion terbaru dari kami berdua.

“Yoona-ssi, jeongmal jeosonghamnida, tetapi bisakah waktu pertemuannya diundur ? Aku ada urusan keluarga, adikku sedang sakit dan dirawat di rumah sakit, dan aku perlu menjaganya....” kata Jessica. Aku meneliti penampilannya. T-shirt biasa warna pink, jelana jeans, flat shoes coklat, dan mantel tebal warna putih. Make upnya yang memudar, rambutnya yang sedikit berantakan, dan bibirnya yang pucat menandakan kalau ia belum tidur. Mungkin karena lama di rumah sakit.

“Gwaenchana ? Kau tampak tidak sehat, Jessica-ssi. Tentu, bisa diundur waktunya, apa kau...”

“Ah, nan gwaenchana. Ya, aku harus menjaga adikku. Ia ada di rumah sakit Seoul. Seminggu yang lalu harus dirawat, jadi aku yang menjaganya. Orangtuaku masih di Italia, nanti sore akan datnag,” katanya.

“Em, hubungi saja aku kalau au sudah siap pertemuan, okey ? Kau mau membelikan adikmu boneka ?” tanyaku sambil merapikan mantel dan menguncir rambutnya. Kebetulan di tanganku ada karet rambut.

“Ne.” Kata Jessica sambil tersenyum.

“Aku akan menghubungimu nanti, Yoona-ssi !” lalu ia segera masuk ke dalam toko boneka. Donghae menarik tanganku menjauh dari toko boneka itu.

“Ya ! Bisa tidak kau berhenti menarik tanganku ??” teriakku ke Donghae.

“Tidak bisa ! kau harus menghabiskan hari ini bersamaku !” Donghae mengajakku masuk ke sebuah mall. Aku hanya pasrah.

“Kau tidak risih ?” tanyaku pada Donghae yang sedang berjalan di depanku.

“Risih kenapa ?” tanyanya balik. Aku segera menghalangu langkahnya. Aku berdiri di depannya dan segera memakaikan kacamata hitamnya, lalu merapikan rambutnya yang berantakan.

“Begini kan lebih bagus, supaya identitasmu tidak ketauan ! Aku kan tidak mau mati muda !”



*Donghae POV*



Kurasakan tangan hangat yang menyentuh kepalaku, mengacaknya pelan lalu mengusapnya kekanan dan kekiri. Aku dibuai oleh sentuhan itu..... Sampai tak terasa aku akhirnya menutup mata, mencoba mendalami sentuhan itu.

“Begini kan lebih bagus, supaya identitasmu tidak ketauan ! Aku kan tidak mau mati muda !” kurasakan sang pemilik tangan itu berbicara padaku. Aku membuka mataku.

“M... mati muda ?”

“Tentu saja ! Kalau sampai ada gossip yang mengatakan ‘Sang Desainer ternama Im Yoon Ah terlihat berjalan-jalan di mall bersama Sang Selebritis Lee Dong Hae’, maka aku akan dibunuh oleh fans-fansmu,” kata Yoona sambil merengut. Aku mencubit kedua pipinya.

“AWWWAEY !” pekiknya.

“Kau imut sekali sih kalau sedang marah. Ayo kita beli segelas cofee.” Ajakku. Kini aku bersikap lebih lembut padanya. Aku merangkul pundaknya, sehingga langkah kami kini sejajar.

“Aku Moccacino,”

“Aku Bubble tea saja, yang rasa susu,”

“Rasa susu ? Kau masih kecil, rupanaya,” aku menjitak pelan dahi Yoona. Dulu saat masih keecil, Yoona suka sekali meminum minuman olahan susu. Tak heran sekarang ia tumbuh setinggi ini.

“Cih. Ayo pulang lagi ke butik, aku lelah diajak main oleh orang aneh sepertimu.” Kata Yoona sambil bergegas keluar dari pintu mall. Aku segera membayar minuman kami dan lalu mengikutinya. Kami berdua berjalan menuju halte bis.

“Ah ! Salju !” kata Yoona sambil mendongakkan kepalanya ke atas, memandangi jatuhnya butiran-butiran salju yang kecil dan dingin itu. Aku menarik nafas dalam-dalam, udaranya sudah mulai dingin, padahal baru jam setengah sebelas. Matahari mulai enggan menunjukkan dirinya, tertutup oleh gumpalan awan yang siap menjatuhkan salju lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Kulirik Yoona yang tengah menikmati udara dingin. Ia mengenggam erat salju yang berjatuhan di tangannya.

“Bagaimana rasanya ? Dingin ?” tanyaku sambil menunjuk tangan Yoona yang mengenggam es.

“Ani. Rasanya sangat panas. Tentu saja dingin, babo !” katanya sambil melemparkan salju yang digenggamnya ke wajahku. Aku balas melemparnya dengan salju yang ada di sekitarku. Kami saling perang salju di trotoar itu.

“Sudah, sudah, ayo kembali ke butik,” kataku. Aku sudah tidak kuat meghadapi serangan-serangan salju yang begitu banyak dari Yoona. Yoona tampat tersenyum. Senyum kemenangan. Kugenggam tangannya menuju halte bis. OMO ! Dingin sekali. Aku segera melepas syalku, lalu mengenakannya ke Yoona.

“Aku tidak bisa percaya bahwa aku harus mengatakan ini, tetapi.... Gomawo, Donghae-ssi. Tadi mantelku ketinggalan di butik,” Kata Yoona. Mendengarnya memanggilku seperti itu, hatiku mulai panas.

“Tidak bisakah kita kembali ke waktu itu ? Aku benci mendengarmu memanggilku DONGHAE-SSI. Aku ingin kembali dimana aku memanggilmu Yoongie, dan kamu memanggilku Oppa !” kataku mencurahkan perasaanku sambil menggenggam kedua tangannya.

“Akh, D... Donghae... a.. aku....”

“Jebal......... aku gak mau kita musuhan terus kaya gini.... aku pengen persahabatan kita.... jebal...” aku menatap dalam matanya. Mungkin mataku sudah berkaca-kaca, bisa saja aku menangis hanya karena perempuan yang bernama Im Yoon Ah. Harus kuakui, aku menyukainya sejak balita. Dan aku sadar, rasa ini berkembang menjadi cinta.

“Fine, Gomawo, D.. Donghae... Op..pa...” katanya terbata-bata. Aku memeluknya tanda senang.

“Cheonmayo, Yoongie !” kataku memeluk erat tubuh mungilnya.

“Arghh... lepaskan Oppa, kau membuatku sesak nafas ! Bisnya sudah datang, tuh !” lalu akupun melepaskn pelukannya.

“Kajja !” aku menarik tangannya masuk ke dalam bis. Kami berdua duduk di pojokan. Yoona didekat jendela dan aku disampingnya. Aku mengeluarkan handphone dan earphoneku, lalu mulai mendengarkan lagu. Setelah 6 lagu kudengarkan....

TLUK ! Kulihat kesampingku. Ternyata Yoona tertidur. Aigo, yeppeoda......

AUTHOR POV

Donghae melihat Yoona tertidur di pundaknya. Donghae menyingkirkan sebagian rambut yang menutupi wajah Yoona. Donghae memandang takjub wajah Yoona yang sedang tertidur. Sehingga lama-lama Donghaepun mengantuk, dan menyandarkan kepalanya di atas kepala Yoona.

*

*

*

*

*

“Permisi, bangun dong !!” seseorang mengguncang-guncangkan bahu Donghae.

“Ehmm...” Donghae bangun dengan terpaksa. Ia membelalak saat melihat keluar jendela, langit sudah gelap berhiaskan bintang.

“Ini diamana, pak ??” tanya Donghae pada orang yang membangunkannya. Ia lupa bahwa sore ini ia ada syuting untuk iklan minuman terbaru. Donghae segera melihat jam tangannya. Mata Donghae membelalak saat ia melihat jarum pendek yang berada di angka 7 dan jarum panjang berada di angka 11. Jam 7 kurang 5 menit. Padahal Donghae seharusnya sudah berada di tempat syuting pada jam 3 sore.

“Kau sudah keluar dari Seoul, nak. Lebih baik kau segera pulang dengan mengambil bis lain. Ajaklah juga dia. Dia istrimu, kan ?” tanya laki-laki itu. Donghae yang baru teringat akan Yoona langsung menjawab pertanyaan bapak itu dengan malu-malu.

“Ah, iya, dia istri saya, pak. Gamsahamnida sudah mengingatkan. Kami akan pulang sekarang,” kata Donghae sambil membungkuk singkat pada bapak itu. Ia segera memapah Yoona yang ternyata masih tertidur. Selama turun dari bis, Donghae senyum-senyum sendiri karena ia disangka sebagai suami Yoona. Biarlah aku tidak syuting iklan, yang penting aku bisa menghabiskan hari ini bersama Yoona, pikir Donghae. Donghae segera mendudukan Yoona yang tertidur di sebuah bangku taman. Ia duduk disamping Yoona. Donghae segera mengeluarkan handphonenya dan menelepon pengawalnya.

“Hey, tolong jemput aku di kota ****** sekarang. Ne. Ppali !” kata Donghae pada pengawalnya. Donghae memasukkan handphonenya ke dalam saku celanannya. Ia melirik Yoona yang tertidur sangat lama. Ia iseng-iseng menyentuh pipi Yoona.

“MWO ! Kenapa panas sekali ??” Donghae berkata sambil setengah berteriak saking kagetnya. Tanggannya ia gerakkan untuk menyentuh dahi Yoona.

“Ck. Ia benar-benar panas.” Donghae kembali mengeluarkan handphonenya lalu menelpon seseorang.

“Hey ! Cepatlah kesini ! Aku tidak mau menunggu ! Ppaliwa !” bentak Donghae pada orang di seberang teleponnya yang ternyata adalah pengawalnya. Dengan kasar Donghae langsung memutuskan sambungan telepon dan menggenggam erat teleponnya. Tentu saja ia merasa besalah telah membuat gadis yang dicintainya sakit. Beberapa menit kemudian, sebuah sedan hitam dengan kececpatan super tinggi segera menghampiri Donghae. Seorang bodyguardnya segera membukakan pintu belakang untung Donghae. Donghae langsung memapah Yoona masuk ke dalam mobil.

“Bawa aku ke rumah sakit Seoul ! Ppali !” kata Donghae sambil terus menghangatkan Yoona dengan syal dan tangannya. Dua bodyguard yang ada di depan saling berbisik.

“Tuan Donghae keliatan marah sekali. Hanya gara-gara wanita itu ??” bisik pengawalnya yang sedang mengemudikan mobil. Pengawal disampingnya mnejawab.

“Sepertinya sih iya. Marah sekali dia. Kudengar dari managernya bahwa sponsor dari iklan minuman itu membatalkan janji dan marah karean iklannya tidak jadi. Ita kehilangan kontrak denan sponsor minuman itu. Bisa saja hanya karena wanita ini,”

“HEY KALIAN ! AKU BISA MENDENGAR BISIKAN KALIAN ! LEBIH BAIK KALIAN DIAM SAJA DAN CEPAT ANTARKAN AKU KE RS. SEOUL !” terisk Donghae. Ia benar-benar marah. Marah, khawatir, dan ras bersalah campur aduk dalam dirinya sekarang. Yang terpenting sekarang adalah Yoona, bukan kontrak iklannya. Kedua pelayan yang ditegor oleh Donghae tadipun hanya bisa diam tanpa mengucapkan sepatah katapun, karena mereka tau, jika tuan besarnya sudah marah, maka sewaktu-waktu ia bisa kehilangan pekerjaannya ini yang menghasilkan banyak uang.

Begitu sampai di depan rumah Sakit Seoul yang berbintang 5 ini, Donghae segera turun dan menggendong Yoona ala bridal style. Ia segera masuk ke UGD, lalu Yoonapun segera mendapat perawatan intensif.

“Dok, biarkan aku menemaninya di dalam !” Donghae meraung-raung berusaha masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Didepan ruang itu Sang Dokter berusaha menahan Donghae.

“Kami akan lakukan sebaik mungkin. Silahkan anda menunggu diluar,” kata Dokter itu. Dengan pasrah, Donghaepun segera duduk di ruang tunggu, menunggu Yoona. 10 menit kemudian, sang dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Donghae yang mengetahuinya segera berdiri dan kursi dan menghampiri dokter itu.

“Bagaimana keadaannya ?” tanyanya langsung to the point. Sang dokter melepas stetoskop yang menggantung di lehernya dan berkata,

“Ia kelelahan dan menderita demam tinggi. Mungkin karena terlalu banyak aktifiktas, sehingga ia sakit dan masuk angin. Ia harus istirahat total untuk 3 hari. Kumohon, jagalah dia. Kau bisa membawanya pulang sekarang,” kata dokter itu, seraya terswenyum. Donghae membungkukan tubuhnya mengiringi kepergian sang dokter.

“Gamsahamnida !” Ia segera berlari masuk ke tempat dimana Yoona tertidur. Ia mndekati Yoona, mengelus perlahan kening indahnya.

1 komentar: